Translate

Saturday, May 11, 2013

ESAI KRITIK PROSA Izzul Mutho'

Patriotisme A ‘la Andrea Hirata dalam Novel Sebelas Patriot
Oleh: Izzul Mutho’

Berbicara tentang patriotisme tentu kita akan flasback ke masa lalu tentang sebuah perjuangan bangsa indonesia. Jika kita mampu bekaca lagi, patriotisme identik dengan kesengsaraan dan pengorbanan. Kata “Patriotik”. Tentu itu yang bisa kita sematkan pada jiwa-jiwa pahlawan yang berkorban selama 3,5 abad melawan kesengsaraan dan derita yang selama masa penjajahan. Memang benar. Jiwa kepahlawanan itulah yang menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat “ Rawe-rawe rantas malang-malang putung”.
Namun, apakah demikian pada masa ini?



Patriotisme pada era modern ini mungkin tidak bisa kita sinkronkan dengan situasi pada masa penjajahan. Lalu, apakah patriotik memiliki kemunduran makna pada era ini? Tentu saja tidak. Dewasa ini, kita bisa memaknai patriotik menjadi beberapa hal. Salah satunya adalah melalui karya. Andrea Hirata contohnya. Mengkritik itu harus menggunakan cara yang cerdas. Disini Andrea mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang yang patriotik tanpa harus berperang. Dengan karyanya yang berjudul “Sebelas Patriot”.
Jika kita amati dalam novel  Sebelas Patriot karya Andrea Hirata. Nilai-nilai patriotisme dalam novel ini dapat kita bagi dalam dua hal, yaitu pada masa lampau dan pada masa modern seperti ini. Pada masa lampau orang bisa dikatakan patriot karena telah melawan penjajah dari tanah air. Pada tokoh ayah dikatakan patriot masa lampau karena hidup pada masa penjajahan. Akan tetapi, tokoh ayah tidak melawan dengan cara peperangan, melainkan dengan bermain bola karena dia hanya kuli parit tambang.
....Mereka tak menghiraukan bahaya yang bahkan dapat mengancam jiwa. Mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak bermain sepak bola. Karena sepak bola adalah kegembiraan mereka satu-satunya. Karena mereka tahu bahwa sepak bola berarti bagi rakyat jelata yang mendukung mereka. Lapangan sepak bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah.” (hal 21)
Sedangkan pada era modern ini, patriot bukan hanya dengan jalan perang. Dengan menjadi kebanggan negara saja kita bisa dikatakan patriot. Pada novel sebelas patriot, patriot pada era modern bisa kita lihat pada tokoh Ikal. Bukan hanya ingin membanggakan negara karena kecintaanya. Tetapi juga ingin membanggakan ayahnya dan meneruskan perjuangan ayahnya menjadi pemain PSSI.
“Orang seperti Ayah bukanlah orang yang hidup dengan sebuah kemewahan harapan yang sering disebut sebagai cita-cita, namun aku yakin, jika ayah benar-benar bercita-cita, cita-citanya pasti ingin menjadi pemain sepakbola untuk membela bangsanya, menjadi pemain PSSI. Namun, jangan risau Ayah, ini aku, anakmu, akan menggantikanmu. Aku akan menjadi pemain PSSI!” (hal 36)
Pada kutipan di atas, kita bisa lihat kecintaan si Ikal terhadap ayahnya dan PSSI. Ikal yang ingin membanggakan ayahnya. Meski telah gagal dalam seleksi nasional PSSI. Ikal ingin membahagiakan ayahnya dengan menyukai apa yang di suka oleh ayahnya.
Ah, senangnya!Di dunia ini pasti hanya aku yang tahu nama klub dan pemain sepak bola kesayangan ayah. Aku bertanya terus, tapi sunyi, sepi, senyap. Sejak itu, selain menggemari PSSI, aku pun menjadi penggemar Real Madrid.” (hal67).
Dalam novel Sebelas Patriot ini, Andrea Hirata mengajak kita untuk membangkitkan nasionalisme bangsa indonesia. Dengan novel ini patriotisme diharapkan muncul pada bangsa indonesia dengan menyadari kecintaanya terhadap tanah air.
“Aku setuju, dan pasti Adriana sependapat denganku, bahwa menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola 90% dan mencintai tanah air....” (hal 88)
Memang benar. Tanah air merupakan merupakan wadah kita dalam bercinta. Bisa kita sebut demikian. Sebab, dengan tanah air kita akan bisa bersatu. Sebagai pahlawan tidak hanya dengan itu. Bisa kita tuangkan dengan karya kita. Karya anak bangsa yang menjadi permata.
Begitu mudahnya patriotik dalama arti saat ini. Patriotik bukan hal yang tabu pada era ini. Dengan diri sendiri kita bisa menjadi patriotik bagi diri sendiri, keluarga, dan negara yaitu melalui karya.


No comments:

Post a Comment