CHAIRIL ANWAR SI
BINATANG JALANG
Oleh
Rizqa Era Fithrya - 100211404908
Saya sangat menyukai puisi-puisi karya Chairil Anwar,
terutama pada puisi yang berjudul “Diponegoro”. Lewat puisi tersebut, Chairil
Anwar Menghimbau pada generasi muda untuk menghayati lagi semangat perjuangan
para pahlawan yaitu Diponegoro dan menerapkannya di era pembangunan dan
teknologi sekarang ini.
Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
“Di masa pembangunan ini, tuan hidup kembali”. Yah,
setidaknya dua baris pada bait pertama puisi karya Chairil Anwar ini bisa
menyimbolkan gambar-gambar kegagahan Diponegoro di dinding-dinding kelas
sekolah.
Saya pikir cara Chairil Anwar mengenang dan memperkenalkan
kepada kita terhadap seorang tokoh pahlawan seperti ini tergolong hebat,
bagaimana tidak, seorang yang telah berakhir seabad yang lalu ini digambarkan
seolah-olah masih hidup di masa sekarang.
Puisi Diponegoro menggambarkan perjuangan dimasa pembangunan,
dimana jiwa Diponegoro hidup kembali dalam diri para pejuang, yaitu jiwa
keberanian untuk melawan penjajah. Sehingga, biarpun “Lawan banyaknya seratus
kali” dan meskipun hanya bersenjatakan “Pedang di kanan, keris di kiri”, tetapi
dengan “Berselempang semangat yang tidak bisa mati” mereka tetap “maju”,
meskipun “Ini barisan tak bergenderang berpalu”, tetapi “kepercayaan tanda
menyerbu” untuk mengusir penjajah, yang meskipun mungkin mereka (pejuang) harus
mati tetapi telah berhasil memberi arti pada hidup ini, bahwa hidup adalah
perjuangan.
“Si Binatang Jalang”, julukan bagi Chairil Anwar dari karyanya
yang berjudul Aku, adalah seorang penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan
telah menulis kurang lebih 240 karya. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia
dinobatkan sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Banyak orang yang menganggap kehidupan Chairil Anwar ini
berantakan. Saya sendiri pub beranggapan seperti itu. Bagaimana tidak, dilihat
dari latar belakang kehidupannya, meskipun ia lahir dari keluarga yang berada,
jabatan terakhir Ayahnya adalah seorang Bupati Inderagiri, Riau dan
diperlakukan dengan manja karena merupakan anak tunggal, ia masih cenderung
keras kepala dan tidak ingin kehilangan apapun. Dan kehidupan keluarganya tetap
saja berantakan. Kedua orangtuanya berpisah, ia kemudian ikut kepada Ibunya ke
Batavia(sekarang jakarta) dan mulai berkenalan dengan dunia sastra.
Ia mengenyam pendidikan di HIS dan MULO, setelah berusia 18
tahun, ia berhenti bersekolah. Meskipun begitu ia menguasai bahasa Inggris,
Belanda dan Jerman.
Dari kurang lebih 240 karya Chairil
Anwar, sekitar 20 karyanya adalah saduran dan penambahan kalimat. Maksudnya
puisi yang diakui sebagai karangannya itu merupakan puisi asing yang ia
terjemahkan dan kemudian ia tambahkan beberapa kalimat yang disesuaikan dengan
kondisi Indonesia saat itu, dengan kata lain karya sastra yang merupakan
sandurannya itu merupakan salah satu bagian dari banyaknya bentuk partisipasi
memperjuangkan kemerdekaan. Harapan saya, meskipun dengan latarbelakang
kehidupan dan anggapan-anggapan miring terhadap Chairil Anwar, tidak mengurangi
rasa bangga kita terhadap Penyair terkenal milik Negara ini dan tetap
mengidolakan Si Binatang Jalang Chairil Anwar seperti saya mengidolakannya
samapi sekarang.
No comments:
Post a Comment