KRITIK dan ESAI PUISI
Oleh:
M. Bagus Ishomuddin - 100211404894
“Dh”
Dalam gerimis kita menghitung
cermin sepanjang jalan
Ada perbincangan dalam ruang tak berbatas itu
tentang tanah ladang, angin, lautan
dan bumi yang tak pernah berhenti menangis
gelombang pasang saat langit senja
seperti tangisan suara cinta di sebuah kota tak
berpeta
mengejar rasa takut yang berputar cepat
menerbangkan debu debu di sepanjang trotoar
semua kita tulis dalam bait bait puisi
Di, bukankah hidup adalah harapan ?
SELALU
SURAT menjadi penyampai maksud manusia. meski, surat itu hanya
dalam bahasa. seperti surat untuk di ini. surat yang indah dengan membawa “alam” ke dalam
ucapan, seperti yang dikatakan oleh baris puisi itu sendiri: semua kita tulis dalam bait bait puisi, katanya. gerangan apakah semua yang dikatakan oleh aku
dalam puisi ini, yang mengajak orang lain yang disapanya “kau”. kau-di, oleh
aku dalam puisi.
dalam
gerimis kita menghitung cermin sepanjang jalan, katanya. dan aku terpesona oleh
bentukkan dua tiga benda di sana. benda bernama hujan dalam satuan waktu
gerimis, benda bernama cermin yang dipasangkan bersama jalan – sepanjang jalan.
lama saya
mencari tahu letak beda prosa dan puisi dan selama itu pula, saya mencari
sebuah gema dalam bahasa. atau prosa, dengan ceritanya, atau puisi, dari dua
kata yang dibentukkan sang penyair. nada dari bertemunya bentuk bentuk huruf
hidup dan huruf mati dalam puisi. nada itulah yang membuat, keindahan bunyi
dari isi yang nantinya kita lihat, telah masuk menyelinap ke dalam permainan
satu kata yang berhubungan dengan satu kata yang lain – yang menimbulkan nada
itu. nada seolah sepasang tangan yang membelai kita dengan lembut – tapi juga
sepasang tangan yang keluar dari sarung tangannya dan mendatangkan tusukan
benda tajam seperti pisau. Dan nada adalah bunyi. bunyi bahasa yang menggemakan
nadanya dalam baris baris puisi – dunia khas bagian dari apa yang kita sebut
sebagai bahasa sastra atau kesusastraan, yang mensastrakan setiap unsurnya
sehingga kita menyebutnya dengan kata kata: ucapan kesastraan, sebuah momen di
mana dunia masuk ke dalam kata, dibentukkan berdasarkan aspek aspek dari sastra
sebagai bahasa.
seperti
yang dibentukkan oleh pengarang dengan amatlah indah ini. apakah yang dibawa
masuk oleh bahasa puisi itu tak lain adalah hidup ini juga. tapi apakah
sebenarnya yang kita sebut dengan “hidup ini juga” semua itu ke dalam bahasa
puisi. Kita sedang bicara gema, maka baik juga kita melihat apa yang dibawa
masuk itu kini menggemakan dirinya ke dalam bahasa – puisi. dalam gerimis kita menghitung cermin
sepanjang jalan. puisi siapa saja, seperti baris puisi yang mana saja dalam
satu puisi, saling bertaut dan kita mesti membacanya dari muka dan dari
belakang, gerak saling berpaut itu.
No comments:
Post a Comment