FENOMENA KEIMANAN MASYARAKAT MUSLIM
DALAM KARYA GUS MUS
Oleh
M. Bagus Ishomuddin
Keimanan yang ada pada seseorang
harus senantiasa dan berkembang serta harus benar-benar dijaga kemurniaanya.Banyak
masyarakat sekarang yang kurang begitu perduli tentang keimanan mereka, hal ini
ditunjukkan dengan maraknya kasus kriminal yang melibatkan semua kalangan masyarakat.
Dari kalangan bawah sampai kalangan atas, dari kalangan anak–anak sampai usia tua.
Namun, ketika kita melihat fenomena tersebut, dapat menggambarkan pula bahwa dimensi
ibadah tidak selalu menyebabkan perbaikan perilaku kepada pelakunya.
Salah satu media yang bisa memberikan inspirasi
untuk meningkatkan keimanan kita adalah melalui karya sastra. Karya sastra juga
mampu memberikan motivasi untuk meningkatkan keimanan. Seperti
pendahulu–pendahulu kita yang mana mereka mengajak, mengingatkan untuk meningkatkan
keimanannya yakni dengan menggunakan lagu, syi’iryang bisa juga disebut karya sastra.
Sekarang salah satu sastrawan yang memberikan inspirasi untuk menambah keimanan
ya melalui karya sastra adalah K.H Mustofa Bisri atau yang lebih kita kenal dengan
Gus Mus.
Padakarya yang ditulisoleh Gus Mus kebanyakan
mengangkat kisah–kisah yang berbau agama. Hal ini dikarenakan Gus Mus yang
sejak kecil sudah hidup dilingkungan pondok pesantren dan sekarang menjadi pimpinan
salah satu pondok pesantren yang ada di jawa tengah. Berangkat dari latarbelakanginilahkaryasastra
yang diciptakanolehbeliaubanyak yang bernuansakanislam.
Karya KH. MustofaBisri yang dapat mencerminkan
keimanan dalam masyarakat kekinian salah satu nya adalah ‘bidadari itu dibawa jibril’
dan pada cerpen ‘lebaran tinggal satu hari lagi’.
BIDADARI ITU DIBAWA JIBRIL
Gus Mus pada karyanya yang berjudul ‘malaikat
itu dibawa jibril’ menceritakan tentang keimanan seorang wanita yang dahulu sangat
kiat ibadah dan menjunjung tinggi nilai agama dalam kehidupannya dengan setiap hari
mengikuti kajian tentang agama sehingga menjadikan prinsip hidupnya menjadi keras.
Dan menjadikan apa yang diucapkan oleh guru spiritualnya itu selalu benar.
Namun terdapat keganjalan pada apa yang diajarkan oleh guru spiritualnya, bahkan
hindun yang dulunya selalu memakai kerudung dan selalu menutup auratnya perlahan
melepasnya dan kemudian lama kelamaan hindun pun keluar dari islam setelah mengikuti
ajaran gurunya tersebut. Yang paling parahlagiketika guru tersebut mengaku sebagai
malaikat jibril dan mengajak pengikutnya untuk berkumpul di suatu tempat untuk membersihkan
diri dengan cara membakar diri.
Dalam kehidupan sehari–hari terdapat kasus
yang sama seperti yang ada dalam cerpen malaikat itu dibawa jibril tercermin pada
kehidupan orang – orang yang katanya ahli ibadah dengan memakai kerudung seperti
ninja yang hanya kelihatan matanya saja dan orang–orang yang
berjenggottebaldanmemakaicelanadiatasmata kaki beberapadiantaranyamerasabahwamereka
paling benardiantarasesamanya. Dan sekarangbanyakjuga orang orang yang
mengakunabiataurasul.Sehinggagusmusinginsedikit ‘menyentil’ dengankaryasastraberupacerpen yang berjudul
‘malaikatitudibawajibril’.
LEBARAN TINGGAL SATU HARI LAGI
Pada cerpen Gus Mus yang berjudul ‘Lebaran Tinggal Satu Hari Lagi’
ini menceritakan tentang kehidupan seseorang yang berjanji akan pulang sebelum hari
lebaran. Sebelumnya Mat Soleh pamit kepada istrinya untuk berbisnis. Berbisnisapa,
istrinya pun tak tahu bisnis apa yang sedang dilakukan oleh Mat Soleh. Namun tak
seperti biasanya hatinya merasa sangat khawatir kepada Mat Soleh,entah apa mungkin berita-berita tentang terorisme yang selalu dilihat dan
didengarnya, bisa mempengaruhi batinnya.
Dalam kehidupan sehari–hari banyak sekali
kasus yang terjadi seperti apa yang ada dalam cerpen karya Gus Mus yang ‘berjudul
lebaran tinggal satu hari lagi’. Beberapa tahun dulu, banyak terjadi pengeboman
diberbagai tempat salah satunya adalah bom Bali yang dilakukan oleh teroris. Dari
seorang teroris tersebut Gus Mus ingin sedikit menguak, memaparkan bagaimana kehidupan
teroris tersebut. Kehidupan teroris tersebut penuh dengan kepalsuan. Seperti contoh
dalam masyarakat dan keluarganya, mereka mengaku sebagai seorang berbisnis,
bekerja merantau dsb, namun dalam kenyataannya apa yang mereka katakan adalah
kebohongan yang hanya menutupi kodoknya sebagai teroris, namun mereka bekerja menjadi
teroris dan ada pula yang dalam penyamaran mereka sebagai teroris ada yang
bersikap ramah kepada tetangga, hingga masyarakat disekitar ataupun keluarga tidak
menyangka bahwa meraka adalah teroris.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa cerpen-cerpen
Gus Mus banyak mengangkat realita sosial dan tanpa mengesampingkan gaya penulisan
yang berbau dengan agama. Seperti contoh realita malaikat palsu dan realita pada
teroris seperti pada contoh cerpen yang ditulis salah satu sastrawan Indonesia yakni
KH. Mustofa Bisri atau sering disebut Gus Mus.
No comments:
Post a Comment