Translate

Saturday, May 11, 2013

ESAI KRITIK PROSA Nia Puspita Sari

MERAIH RIDA SANG KHALIQ DALAM NOVEL
KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Oleh
Nia Puspita Sari - 100211400463


A.    Sinopsis Novel Ketika Cinta Bertasbih
          Novel ini mengisahkan tiga anak muda yang sedang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Cairo. Tiga anak muda tersebut adalah  Anna Altafunnisa, Khairul Azzam, dan Furqan Andi Hasan, serta peran pendukung lainnya. Liku-liku perjalanan mereka dalam menuntut ilmu itu tidak terlepas dari konflik-konflik, khususnya dalam hal mencari jodoh.

          Anna Altafunnisa adalah anak dari seorang Kiai Lutfi yang merupakan kiai ternama di sebuah pesantren termahsyur di Desa Wangen. Ia merupakan perempuan anggun yang berakhlak dan berbudi pekerti baik. Oleh karena itu,  banyak mahasiswa Al-Azhar yang suka termasuk Azzam dan Fuqran. Tidak hanya itu, laki-laki di Indonesia yang kenal dengan Anna, khususnya para santri dari pada pesantren Wangen pun juga banyak yang menaruh perhatian pada Anna.
            Suatu ketika Anna melakukan penelitian dan menyelesaikan tesisnya di Indonesia. Ayah Ana pun memintanya untuk segera menentukan calon pendamping dari sekian banyak laki-laki yang meminangnya. Banyak lamaran yang telah Ana tolak hingga akhirnya tersisa dua pilihan, yakni M. Ilyas yang kenal baik dengan ayah Ana dan Furqan Andi Hasan yang langsung menemui Ana dan melamarnya lewat Ustadz Mujab.
          Anna masih ragu-ragu dalam memilih di antara dua pilihan yang akan dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Saat itu ia teringan Abdullah, yakni Azzam yang pernah menolongnya di Cairo. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih Furqan karena lebih tahu siapa Furqan.
          Kini Anna sudah memiliki ikatan dengan Furqan. Sungguh tak terduga, Anna bertemu lagi dengan Azzam di Indonesia. Selain itu, ternyata selama ini Anna telah mengenal baik keluarga Azzam yang memang tinggal di Indonesia. Sirna sudah harapannya untuk memiliki Azzam. Azzam pun yang juga menyimpan rasa pada Anna juga berusaha menghilangkannya.
          Tidak lama kemudian pernikahan Anna dan Furqan berlangsung. Begitu pula dengan Azzam. Dia diperintahkan ibunya segera mencari pendamping hidup. Azzam pun segera mencari pendamping hidup. Banyak perempuan yang telah dilamarnya, tetapi selalu saja gagal, hingga suatu hari lamarannya diterima oleh seorang perempuan. Azzam dan calon pendampingnya sangat bahagia. Akan tetapi kebahagiaan itu tersudahi karena suatu kecelakaan yang menyebabkan Ibunya meninggal dan dia lumpuh dalam waktu yang cukup lama.
          Setelah enam bulan Anna dan Furqan menikah, hubungan mereka yang baik-baik saja tiba-tiba retak. Furqan menceritakan pada Anna bahwa dia sudah tidak perjaka lagi sebelum menikah dengan Anna dan dipastika terkena HIV sehingga belum pernah sama sekali memberikan kebahagiaan batin untuk Anna. Akhirnya mereka pun bercerai.  
Suatu hari setelah Azzam sembuh dari lumpuh akibat kecelakaan, dia mendatangi Kiai Lutfi untuk memohon bantuan agar dicarikan jodoh. Kiai Lutfi bercerita tentang seorang perempuan yang masih perawan telah bercerai dengan suaminya. Azzam menerima perempuan yang diceritakan oleh Kiai Lutfi. Ternyata perempuan yang dimaksud adalah perempuan yang pernah dicintainya, begitu juga sebaliknya, yakni Anna Althafunnisa. Mereka pun melaksanakan sunnah Rasul untuk menikah.
          Sebulan setelah pernikahan Anna dan Azzam, Furqan datang menceritakan bahwa dia ternyata tidak terserang HIV. Selain itu, Furqan menyatakan maksudnya untuk merujuk Anna. Akan tetapi hal tersebut sia-sia karena Anna sudah hidup bahagia bersama Azzam. Mereka mendoakan agar Furqan segera menemukan pasangan hidup yang cocok untuknya.

B. Esai
Tema dalam novel ini adalah “suatu kerja keras menggapai keridaan Allah”. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Bagi saya ini bukanlah beban. Saya tidak merasakannya sebagai beban. Saya memang harus bekerja untuk mencukupi adik-adik saya di Indonesia. Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jalan. Maka satu-satunya jalan adalah saya harus bekerja keras di sini. Jadi itulah mengapa saya sampai berjualan tempe, jualan bakso, dan membuka jasa katering. (Shirazy: 70)

Aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adiku di Indonesia... Dan nanti kalau kau sudah sukses jagalah kesuksesan itu. Setahu saya, dari membaca biografi orang-orang sukses, ternyata hal paling berat tentang sukses adalah menjaga diri yang telah sukses agar tetap sukses. (Shirazy: 71)
  
Latar tempat dalam novel ini adalah di daerah kota Alexandria. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut. 
Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu memesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai menciptakan aura ketenangan dan kedamaian. (Shirazy: 39)

Latar waktu dalam cerita ini adalah ketika Azzam mulai menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Cairo hingga lulus S1. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Hanya Azzam yang tidak terpengaruh apa-apa. Sebab bebannya tinggal satu mata kuliah saja, yaitu Tafsir Tahlili. Kalau ia ingin lulus, ia hanya perlu sedikit serius. Namun, kalau masih ingin di Mesir, ya diktat dibaca, tapi saat menjawab soal ya sekenanya. Baginya jika masih ingin di Mesir ya sebaiknya tidak lulus. Dengan begitu ia masih bisa mendapatkan visa tinggal gratis. (Shirazy: 329—330)

Latar sosial dalam cerita ini mengangkat sosial masyarakat Mesir dan para mahasiswa Indonesia yang sangat akrab dengan Islam. Selain itu juga diceritakan tentang masyarakat saling tolong menolong. Hidup dalam kebersamaan dan kedamaian di sebuah kota indah yang menjadi pelabuhan utama di Alexandria. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju, yaitu jalan cerita atau peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
Pada tahap awal diceritakan bahwa Azzam sebagai seorang mahasiswa Al-Azhar yang rajin, kuliah sambil berjualan tempe, bakso, serta katering. Untuk mempertahankan hidupnya di Cairo, demi menghidupi ibu dan adik-adiknya di Indonesia sejak ditinggal ayahnya ketika duduk di bangku semester 2 Al-Azhar. Semangatnya yang tinggi sejak awal berubah menjadi seorang pekerja keras. Eliana anak duta besar Indonesia di Cairo yang minta bantuan Azzam untuk membuat jamuan makanan khas Indonesia pun sangat mengagumi sosok Azzam.
Cerita ini mencapai klimaks ketika Anna menerima lamaran Furqan. Akan tetapi, Furqan mendapatkan musibah pemerasan. Tidak hanya itu, dia juga divonis terkena AIDS sehingga terpaksa merahasiakan semua ini pada Anna. Pernikahan Anna dan Furqan kurang harmonis. Anna dan Furqan pun bercerai.
Tahap akhir menceritakan tentang pertemuan Anna dan Azzam di rumah Azzam. Saat itu Anna sedang mengantar undangan pernikahannya dengan Furqan. Ternyata Abdullah yang selama ini mengisi hati Anna adalah Azzam.
 


       

DAFTAR RUJUKAN

Shirazy, H. E. 2008. Ketika Cinta Bertasbih. Jakarta: Republika.



No comments:

Post a Comment