MERAIH
RIDA SANG KHALIQ DALAM NOVEL
KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Oleh
Nia Puspita Sari - 100211400463
A. Sinopsis Novel Ketika Cinta Bertasbih
Novel
ini mengisahkan tiga anak muda yang sedang menuntut ilmu di Universitas
Al-Azhar Cairo. Tiga anak muda tersebut adalah Anna Altafunnisa, Khairul Azzam, dan Furqan
Andi Hasan, serta peran pendukung lainnya. Liku-liku perjalanan mereka dalam menuntut
ilmu itu tidak terlepas dari konflik-konflik, khususnya dalam hal mencari jodoh.
Anna
Altafunnisa adalah anak dari seorang Kiai Lutfi yang merupakan kiai ternama di sebuah
pesantren termahsyur di Desa Wangen. Ia merupakan perempuan anggun yang berakhlak
dan berbudi pekerti baik. Oleh karena itu, banyak mahasiswa Al-Azhar yang suka termasuk
Azzam dan Fuqran. Tidak hanya itu, laki-laki di Indonesia yang kenal dengan
Anna, khususnya para santri dari pada pesantren Wangen pun juga banyak yang
menaruh perhatian pada Anna.
Suatu
ketika Anna melakukan penelitian dan menyelesaikan tesisnya di Indonesia. Ayah
Ana pun memintanya untuk segera menentukan calon pendamping dari sekian banyak
laki-laki yang meminangnya. Banyak lamaran yang telah Ana tolak hingga akhirnya
tersisa dua pilihan, yakni M. Ilyas yang kenal baik dengan ayah Ana dan Furqan
Andi Hasan yang langsung menemui Ana dan melamarnya lewat Ustadz Mujab.
Anna
masih ragu-ragu dalam memilih di antara dua pilihan yang akan dijadikan sebagai
pendamping hidupnya. Saat itu ia teringan Abdullah, yakni Azzam yang pernah
menolongnya di Cairo. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih Furqan karena lebih
tahu siapa Furqan.
Kini
Anna sudah memiliki ikatan dengan Furqan. Sungguh tak terduga, Anna bertemu lagi
dengan Azzam di Indonesia. Selain itu, ternyata selama ini Anna telah mengenal
baik keluarga Azzam yang memang tinggal di Indonesia. Sirna sudah harapannya
untuk memiliki Azzam. Azzam pun yang juga menyimpan rasa pada Anna juga
berusaha menghilangkannya.
Tidak
lama kemudian pernikahan Anna dan Furqan berlangsung. Begitu pula dengan Azzam.
Dia diperintahkan ibunya segera mencari pendamping hidup. Azzam pun segera
mencari pendamping hidup. Banyak perempuan yang telah dilamarnya, tetapi selalu
saja gagal, hingga suatu hari lamarannya diterima oleh seorang perempuan. Azzam
dan calon pendampingnya sangat bahagia. Akan tetapi kebahagiaan itu tersudahi
karena suatu kecelakaan yang menyebabkan Ibunya meninggal dan dia lumpuh dalam waktu
yang cukup lama.
Setelah
enam bulan Anna dan Furqan menikah, hubungan mereka yang baik-baik saja
tiba-tiba retak. Furqan menceritakan pada Anna bahwa dia sudah tidak perjaka
lagi sebelum menikah dengan Anna dan dipastika terkena HIV sehingga belum
pernah sama sekali memberikan kebahagiaan batin untuk Anna. Akhirnya mereka pun
bercerai.
Suatu hari setelah Azzam sembuh dari lumpuh akibat
kecelakaan, dia mendatangi Kiai Lutfi untuk memohon bantuan agar dicarikan
jodoh. Kiai Lutfi bercerita tentang seorang perempuan yang masih perawan telah
bercerai dengan suaminya. Azzam menerima perempuan yang diceritakan oleh Kiai
Lutfi. Ternyata perempuan yang dimaksud adalah perempuan yang pernah
dicintainya, begitu juga sebaliknya, yakni Anna Althafunnisa. Mereka pun
melaksanakan sunnah Rasul untuk menikah.
Sebulan
setelah pernikahan Anna dan Azzam, Furqan datang menceritakan bahwa dia
ternyata tidak terserang HIV. Selain itu, Furqan menyatakan maksudnya untuk
merujuk Anna. Akan tetapi hal tersebut sia-sia karena Anna sudah hidup bahagia
bersama Azzam. Mereka mendoakan agar Furqan segera menemukan pasangan hidup
yang cocok untuknya.
B. Esai
Tema dalam novel ini adalah “suatu
kerja keras menggapai keridaan Allah”. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
berikut.
Bagi saya
ini bukanlah beban. Saya tidak merasakannya sebagai beban. Saya memang harus
bekerja untuk mencukupi adik-adik saya di Indonesia. Ayah saya wafat saat saya
baru satu tahun kuliah di Mesir. Saya punya tiga adik. Semuanya perempuan. Saya
tidak ingin pulang dan putus kuliah di tengah jalan. Maka satu-satunya jalan
adalah saya harus bekerja keras di sini. Jadi itulah mengapa saya sampai
berjualan tempe, jualan bakso, dan membuka jasa katering. (Shirazy: 70)
Aku sama
sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adiku di Indonesia... Dan nanti
kalau kau sudah sukses jagalah kesuksesan itu. Setahu saya, dari membaca
biografi orang-orang sukses, ternyata hal paling berat tentang sukses adalah
menjaga diri yang telah sukses agar tetap sukses. (Shirazy: 71)
Latar tempat dalam novel ini adalah
di daerah kota Alexandria. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu
memesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap
rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang
di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai
menciptakan aura ketenangan dan kedamaian. (Shirazy: 39)
Latar waktu dalam cerita ini adalah ketika
Azzam mulai menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Cairo hingga lulus S1. Hal
tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
Hanya Azzam
yang tidak terpengaruh apa-apa. Sebab bebannya tinggal satu mata kuliah saja,
yaitu Tafsir Tahlili. Kalau ia ingin lulus, ia hanya perlu sedikit serius.
Namun, kalau masih ingin di Mesir, ya diktat dibaca, tapi saat menjawab soal ya
sekenanya. Baginya jika masih ingin di Mesir ya sebaiknya tidak lulus. Dengan
begitu ia masih bisa mendapatkan visa tinggal gratis. (Shirazy: 329—330)
Latar sosial dalam cerita ini
mengangkat sosial masyarakat Mesir dan para mahasiswa Indonesia yang sangat
akrab dengan Islam. Selain itu juga diceritakan tentang masyarakat saling
tolong menolong. Hidup dalam kebersamaan dan kedamaian di sebuah kota indah
yang menjadi pelabuhan utama di Alexandria. Hal tersebut dapat dilihat dari
kutipan berikut.
Alur yang digunakan dalam cerita ini
adalah alur maju, yaitu jalan cerita atau peristiwa yang diceritakan bersifat
kronologis, atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian,
pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir
(penyelesaian).
Pada tahap awal diceritakan bahwa Azzam
sebagai seorang mahasiswa Al-Azhar yang rajin, kuliah sambil berjualan tempe,
bakso, serta katering. Untuk mempertahankan hidupnya di Cairo, demi menghidupi
ibu dan adik-adiknya di Indonesia sejak ditinggal ayahnya ketika duduk di
bangku semester 2 Al-Azhar. Semangatnya yang tinggi sejak awal berubah menjadi
seorang pekerja keras. Eliana anak duta besar Indonesia di Cairo yang minta
bantuan Azzam untuk membuat jamuan makanan khas Indonesia pun sangat mengagumi
sosok Azzam.
Cerita ini mencapai klimaks ketika
Anna menerima lamaran Furqan. Akan tetapi, Furqan mendapatkan musibah pemerasan.
Tidak hanya itu, dia juga divonis terkena AIDS sehingga terpaksa merahasiakan
semua ini pada Anna. Pernikahan Anna dan Furqan kurang harmonis. Anna dan
Furqan pun bercerai.
Tahap akhir menceritakan tentang
pertemuan Anna dan Azzam di rumah Azzam. Saat itu Anna sedang mengantar
undangan pernikahannya dengan Furqan. Ternyata Abdullah yang selama ini mengisi
hati Anna adalah Azzam.
DAFTAR
RUJUKAN
Shirazy, H. E. 2008. Ketika Cinta
Bertasbih. Jakarta: Republika.
No comments:
Post a Comment