Translate

Saturday, May 11, 2013

ESAI KRITIK PROSA Ricky Setya Prayoga

Strategi Keabnormalan Pada Cerpen “Malaikat Juga Tahu”
Karya Dewi Lestari

Oleh
Ricky Setya Prayoga - 100211406112


Abnormal. Sesuatu yang dihindari dari hidup. Tiap orang ingin memiliki hidup yang normal. Tapi yang harus mereka tahu bahwa tidak semua kehidupan bisa berjalan normal. Terkadang  untuk hidup normal kita harus menjadi abnormal terlebih dahulu.
Di atas adalah sebagian pesan yang ingin disampaikan dalam  cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari. Cerpen tersebut memang memiliki keabnormalan cerita yang benar-benar membedakan dengan karya-karya yang lain. Bagi saya pribadi, cerpen ini seolah menjadi image atau wajah dari Dewi Lestari. Layaknya orang yang membicarakan puisi “Aku” milik Chairil Anwar.
Saat kita membicarakan tentang malaikat, secara tidak langsung di otak kita terpatri pada hal-hal yang serba baik. Seperti tidak mempunyai salah, memiliki ketaqwaan yang tinggi, dll. Tapi gambaran tersebut rasanya harus kita ubah saat membaca cerpen ini. Cerita yang dihadirkan hanya berupa keegoisan dalam masalah percintaan, serta tokoh yang jauh dari figur “Malaikat”.
Kisah dimulai dari Bunda yang memiliki rumah besar, dan rumah tersebut adalah rumah indekos paling legedaris.
“Sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah indekos paling legendaris. Bahkan, ada ikatan alumni tak resmi dengan anggota ratusan, dipersatukan oleh kegilaan mereka pada masakan Bunda.”
Kutipan di atas menggambarkan suasana rumah indekos milik Bunda yang legendaris. Artinya rumah indekos tersebut sangat terkenal di daerahnya. Terkenalnya rumah indekos tersebut tidak lain karena penghuni menyukai masakan dari Bunda. Hal tersebut diketahui bahwa ada ikatan alumni tak resmi yang beranggota ratusan, ikatan tersebut berakar pada kegilaan mereka pada masakan Bunda.
Namun, selain rumah indekos paling legenda yang terkenal karena masakan Bunda, rumah tersebut juga memiliki sisi yang paling dihindari oleh para penghuni kos. Adalah Abang, orang yang paling dihindari oleh seisi penghuni kos.
“Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal, tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta.”
Abang adalah tokoh yang sedikit berbed. Tokoh inilah yang sepertinya membangun cerita lebih mempunyai rasa yang berbeda. Tokoh bernama Abang berkarakter abnormal, lebih tepatnya autis. Abang adalah anak ke-dua dari tokoh yang biasa dipanggil Bunda. Ia dikisahkan mengindap autis saat dunia kedoteran masih awam soal autisme, sehingga membuatnya tak pernah tertangani dengan baik.
 Banyak dikisahkan kelakuan-kelakuan aneh Abang yang sering dilakukan seperti; mencuci baju berwarna tertentu pada hari yang tertentu pula, serta mengkoleksi seratus sabun bermerek sama yang berjumlah 100 buah. Ketidak normalan tersebut adalah syarat untuk mejalani hidup normal.
Konflik bermula saat Bunda mendapati surat-surat yang ditulis Abang. Surat yang isinya tidak karuan, bercampur dengan menu makanan Dobi. Tetapi Bunda sadar bahwa yang ia temukan adalah surat cinta Abang untuk seorang penghuni kos. Dan menjadi semakin rumit saat adiknya pulang dan memacari perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda yang mengerti bahwa keadaan akan menjadi kacau, langsung mengambil langkah tegas untuk berbicara empat mata dengan gadis itu. Karakter Bunda yang tegas dan penuh kasih sayang begitu menonjol pada bagian ini. Bunda menginginkan gadis itu untuk mengambil satu keputusan di antara dua pilihan, memilih Abang untuk di cintai, atau memilih untuk tetap datang setiap malam minggu melanjutkan kegiatan yang sudah menjadi ritual Abang dengan gadi itu.
Sayangnya gadis itu tidak menjatuhkan keputusan satupun. Ia lebih memilih pergi dengan adik Abang, menikah dengannya. Gadis itu dan adik Abang sudah muak dengan rutinitas yang menjadi kebiasaan aneh bagi mereka. Hidup dengan terbelenggu keibaan dengan seseorang hanya menjadikan ketidaknormalan dalam kehidupan mereka. Bagi mereka, untuk menjalani hidup normal adalah dengan meninggalkan ketidaknormalan itu. Meskipun mereka sadar bahwa ketidaknormalan itu merupakan syarat bagi seseorang (Abang) untuk menjalani kehidupan yang normal.
Cerpen ini memang begitu kental dengan kesan yang abnormal. Bukan hal mudah untuk menjadikan kisah yang sudah umum menjadi berbeda. Tema yang diangkat merupakan tema yang sudah biasa, umum, dan banyak sekali di tulis, dan kebanyakan cerita tersebut mudah untuk ditebak bagaimana alurnya. Namun, cerita ini memiliki ciri khas menonjol. Dengan memvariasikan tokoh, sudah membuat cerpen ini memiliki nilai tersendiri. Bagaimana tidak? Orang yang scara umum kurang diperhatikan, malah menajdi tokoh utama dalam sebuah cerita.
Namun, ada sedikit kejanggalan dalam cerita.
“Dia (Abang) menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna.”
Hal tersebut sepertinya sangat sulit dilakukan bagi penderita autisme. Orang yang memiliki kelainan autisme sangat sulit dalam merespon pesan berupa suara. Ia lebih merepon sebuah bentuk nyata/visual.
Ending cerita begitu terasa suasana menyedihkan. Bunda seorang diri setia menemani Abang. Tidak perlu ia mengeluh. Karena tidak ada yang patut disalahkan. Setiap malam minggu tiba merupakan pekerjaan yang melelahkan. Abang selalu menggila. Ia hanya ucapkan satu nama yang terus diulang-ulangnya. Seluruh penghuni kos pergi saat malam minggu tiba karena tidak tahan dengan ceracauan Abang. Hanya Bunda yang selalu menemaninya, berusaha menenangkan anaknya yang telah kehilangan sebagian kenormalannya.
Demikianlah sedikit ulasan tentang cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari. Sedikit pesan yang dapat diambil. Kita biasa terlalu sibuk mencari seorang yang sempurna. Tanpa kita sadari bahwa di dekat kita ada orang yang benar-benar tulus menyayangi kita. Meski terkadang bentuk fisik kurang sempurna. Namun, tidak perlu di adu soal kesetiaanya. Malaikatpun tahu siapa pemenangnya.


No comments:

Post a Comment