WANITA DALAM PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN HARGA DIRI (Dalam Novelet
Takbir Cinta Zahrana)
Oleh
Evi Dana Setia Ningrum - 100211404899
Karya sastra
merupakan materi pembelajaran yang menimbulkan motivasi pembelajaran. Hal ini
didorong oleh karakter karya sastra itu sendiri yang menawarkan tema-tema yang
kompleks dan segar kepada pembelajar. Sebuah novel atau cerita pendek yang
bagus akan melibatkan pembelajar dalam tegangan plot yang dirangkai sedemikian
rupa menarik minat. Motivasi ini dapat ditimbulkan karena adanya unsur
seni yang menyertai teks-teks sastra
tersebut
Dalam karya
sastra, nilai-nilai pendidikan yang disampaikan penciptaannya dimuat
didalamnya. Dalam hal ini, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan
pengalaman jiwanya saja tetapi secara implisit juga mempunyai maksud dorongan,
mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati dan menyadari masalah serta ide
yang diungkapan termasuk nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam karya
sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai pendidikan yang terdapat
didalamnya.(Nisa. 2009)
Pembaca karya
sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh
dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pengajaran sastra jika
ditangani dengan bijaksana, akan membawa kita dan anak-anak didik ke dalam
kontak dengan pikiran-pikiran dan kepribadian-kepribadian besar dunia. Para
pendidik dan pemikir besar dari berbagai zaman.
Nilai
pendidikan dalam sebuah karya sastra adalah salah satu unsur pesan yang penulis
sisipkan untuk menambah nilai guna karya tersebut bagi pembaca. Nilai
pendidikan adalah nilai yang memuat aspek pendidikan namun dikemas dalam sebuah
alur cerita yang berkesimanbungan.
Nilai-nilai karya sastra adalah
suatu nilai atau pesan atau aspek yang disisipkan oleh pengarang di dalam karya
sastra. Pesan ini adalah pesan tersirat dalam cerita yang sengaja penulis
sampaikan pada pembaca dengan cara membaca dan memahami isi cerita tersebut.
Dalam novelet Takbir Cinta Zahrana ini ditemukan empat aspek nilai yaitu, nilai
pendidikan, nilai agama, nilai sosial, dan nilai moral. namuun nilai yang akan
diapresiasi dalam makalah ini adalah nilai pendidikan.
Dalam novelet karya Habiburrahman ini nilai pendidikam tampak
sangat jelas sebagai latar atau background
cerita yang menjadi faktor terbesar masalah awal dari novelet ini muncul.
Terlihat pada tokoh-tokoh penting yang ada dalam novelet ini semuanya
berpendidikan tinggi, seperti tampak pada kutipan novelet berikut ini “Zahrana
belum pernah nyantri Ummi. Tapi dia hariannya seperti santri. Zahrana ini dari
SMA. Terus melanjutkan kuliah S1 di UGM dan S2 di ITB Bandung, Ummi.”.
Penggambaran tokoh Zaharana dalam novelet ini memberikan kesan bahwa ia adalah
orang yang berpendidikan tinggi, memiliki sifat yang arif sebagai refleksi dari
tingginya tingkat pendidikan yang ia peroleh.
Tokoh lain dalam novelet
ini tidak jauh beda dengan penggambaran tokoh Zahrana. Seperti tokoh Zahrana
yang sangat memprioritaslan pendidikan atau ilmu pengetahuan dan menjabat
sebagai dosen dan sebagai konsultan sebuah perusahaan property,
tokoh Pak Karman menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik di
tempatnya mengajar dan sudah bertitel haji, kredibilitas intelektualnya tidak diragukan lagi. Ibu Merlin, Pembantu Dekan I. Ia orang kepercayaan
Pak Karman. Hasan, salah satu mahasiswanya yang
pada akhirnya menjadi suaminya ketika telah lulus S2.Tokoh utama dalam novelet
ini adalah Zahrana, karena
kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan maka tidak heran jika Zahrana setelah
menyelesaikan kuliah S2 nya ia pun mengajar sebagai dosen di salah satu
perguruan tinggi di Jawa Tengah sampai ia mengesampingkan urusan untuk segera
menikah, akibatnya kini Zahrana merasa sulit menemukan laki-laki yang sepadan
dengannya. Kalaupun ada laki-laki pasti mencari wanita yang lebih muda.
Masalah lain yang muncul ialah saat Zahrana menolak lamaran Pak
Karman yang berakibat keluarnya dia dari tempatnya mengajar lalu dia mengajar
di STM Al
Fatah. Meskipun Zahrana tidak lagi
mengajar pada universitas tempat Hasan menuntut ilmu, Hasan masih hubungan
Hasan dan Zahrana tetap berlangsung baik karena memang Zahrana adalah dosen
pembimbing skripsi Hasan. Kedekatan mereka awalnya hanya sebatas hubungan
antara dosen dan mahasiswanya, namun ternyata Hasan memendam perasaan lebih
pada Zahrana dan baru dia utarakan ketika dia telah lulus S2 dan akhirnya
menikahi Zahrana.
Tokoh-tokoh dalam novelet ini pada dasarnya mengutamakan
pendidikan. Secara otomatis mempengaruhi tutur kata serta bahasanya dalam
berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain yang berarti mencerminkan nilai sosial
person antar tokohnya. Dalam novelet ini interaksi antar tokoh, rata-rata
berlangsung baik dan saling menghormati, tampak pada parcakapan yang terjadi
antar tokoh sangat mengutamakan kesopanan. Seperti pada kutipan percakapan
antara Zahrana dan Ibu Zul berikut,
” Bu Zul langsung menimpal, “Maaf jika kedatangansaya
mengganggu.”
“O nggak apa-apa Bu.”
Suasana hening sesaat “Eh..konsultasi apa ya Bu?” Zahrana
memecah keheningan.
“Eh ini. Tentang Hasan, anak saya.”
“Ada apa dengan Hasan, Bu?”
“Sebelumnya maaf ya Bu, saya tidak bermaksud menyinggung
siapa-siapa lho. Karena saya tahu, ibu termasuk yang didengar omongannya oleh
Hasan, maka saya konsultasi sama Bu Zahrana. Begini, dua hari yang lalu Hasan
minta nikah Bu. Menurut ibu bagaimana? Padahal dia kan mau kuliah di Malaysia
Bu.”
Dalam kehidupan bermasyarakat,
pendidikan menjadi salah satu faktor dalam pengklasifikasian status sosial
seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi akan berfikir sebelum bertindak,
lebih rasional, dan arif dalam menjalani hidup. Memang sudah sepantasnya ada
perbedaan sikap ketika seseorang telah memperoleh mendidikan sampai S2. dalam
novelette ini tokoh Zahrana memberikan kita gambaran tentang bagaimana seorang
itu menempatkan diri sesuai dengan peran dan kewajibannya dalam masyarakat.
No comments:
Post a Comment