Translate

Saturday, May 11, 2013

ESAI KRITIK PROSA Evi Dana Setia Ningrum

WANITA DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN HARGA DIRI (Dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana)
Oleh
Evi Dana Setia Ningrum - 100211404899


Karya sastra merupakan materi pembelajaran yang menimbulkan motivasi pembelajaran. Hal ini didorong oleh karakter karya sastra itu sendiri yang menawarkan tema-tema yang kompleks dan segar kepada pembelajar. Sebuah novel atau cerita pendek yang bagus akan melibatkan pembelajar dalam tegangan plot yang dirangkai sedemikian rupa menarik minat. Motivasi ini dapat ditimbulkan karena adanya unsur seni  yang menyertai teks-teks sastra tersebut

Dalam karya sastra, nilai-nilai pendidikan yang disampaikan penciptaannya dimuat didalamnya. Dalam hal ini, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara implisit juga mempunyai maksud dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati dan menyadari masalah serta ide yang diungkapan termasuk nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam karya sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamnya.(Nisa. 2009)
Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pengajaran sastra jika ditangani dengan bijaksana, akan membawa kita dan anak-anak didik ke dalam kontak dengan pikiran-pikiran dan kepribadian-kepribadian besar dunia. Para pendidik dan pemikir besar dari berbagai zaman.
            Nilai pendidikan dalam sebuah karya sastra adalah salah satu unsur pesan yang penulis sisipkan untuk menambah nilai guna karya tersebut bagi pembaca. Nilai pendidikan adalah nilai yang memuat aspek pendidikan namun dikemas dalam sebuah alur cerita yang berkesimanbungan.
            Nilai-nilai karya sastra adalah suatu nilai atau pesan atau aspek yang disisipkan oleh pengarang di dalam karya sastra. Pesan ini adalah pesan tersirat dalam cerita yang sengaja penulis sampaikan pada pembaca dengan cara membaca dan memahami isi cerita tersebut. Dalam novelet Takbir Cinta Zahrana ini ditemukan empat aspek nilai yaitu, nilai pendidikan, nilai agama, nilai sosial, dan nilai moral. namuun nilai yang akan diapresiasi dalam makalah ini adalah nilai pendidikan.
Dalam novelet karya Habiburrahman ini nilai pendidikam tampak sangat jelas sebagai latar atau background cerita yang menjadi faktor terbesar masalah awal dari novelet ini muncul. Terlihat pada tokoh-tokoh penting yang ada dalam novelet ini semuanya berpendidikan tinggi, seperti tampak pada kutipan novelet berikut ini “Zahrana belum pernah nyantri Ummi. Tapi dia hariannya seperti santri. Zahrana ini dari SMA. Terus melanjutkan kuliah S1 di UGM dan S2 di ITB Bandung, Ummi.”. Penggambaran tokoh Zaharana dalam novelet ini memberikan kesan bahwa ia adalah orang yang berpendidikan tinggi, memiliki sifat yang arif sebagai refleksi dari tingginya tingkat pendidikan yang ia peroleh.
 Tokoh lain dalam novelet ini tidak jauh beda dengan penggambaran tokoh Zahrana. Seperti tokoh Zahrana yang sangat memprioritaslan pendidikan atau ilmu pengetahuan dan menjabat sebagai dosen dan sebagai konsultan sebuah perusahaan property, tokoh Pak Karman menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik di tempatnya mengajar dan sudah bertitel haji, kredibilitas intelektualnya tidak diragukan lagi. Ibu Merlin, Pembantu Dekan I. Ia orang   kepercayaan  Pak  Karman. Hasan, salah satu mahasiswanya yang pada akhirnya menjadi suaminya ketika telah lulus S2.Tokoh utama dalam novelet ini adalah Zahrana, karena kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan maka tidak heran jika Zahrana setelah menyelesaikan kuliah S2 nya ia pun mengajar sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah sampai ia mengesampingkan urusan untuk segera menikah, akibatnya kini Zahrana merasa sulit menemukan laki-laki yang sepadan dengannya. Kalaupun ada laki-laki pasti mencari wanita yang lebih muda.
Masalah lain yang muncul ialah saat Zahrana menolak lamaran Pak Karman yang berakibat keluarnya dia dari tempatnya mengajar lalu dia mengajar di  STM Al Fatah. Meskipun Zahrana tidak lagi mengajar pada universitas tempat Hasan menuntut ilmu, Hasan masih hubungan Hasan dan Zahrana tetap berlangsung baik karena memang Zahrana adalah dosen pembimbing skripsi Hasan. Kedekatan mereka awalnya hanya sebatas hubungan antara dosen dan mahasiswanya, namun ternyata Hasan memendam perasaan lebih pada Zahrana dan baru dia utarakan ketika dia telah lulus S2 dan akhirnya menikahi Zahrana.
Tokoh-tokoh dalam novelet ini pada dasarnya mengutamakan pendidikan. Secara otomatis mempengaruhi tutur kata serta bahasanya dalam berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain yang berarti mencerminkan nilai sosial person antar tokohnya. Dalam novelet ini interaksi antar tokoh, rata-rata berlangsung baik dan saling menghormati, tampak pada parcakapan yang terjadi antar tokoh sangat mengutamakan kesopanan. Seperti pada kutipan percakapan antara Zahrana dan Ibu Zul berikut,
” Bu Zul langsung menimpal, “Maaf jika kedatangansaya mengganggu.”
“O nggak apa-apa Bu.”
Suasana hening sesaat “Eh..konsultasi apa ya Bu?” Zahrana memecah keheningan.
“Eh ini. Tentang Hasan, anak saya.”
“Ada apa dengan Hasan, Bu?”
“Sebelumnya maaf ya Bu, saya tidak bermaksud menyinggung siapa-siapa lho. Karena saya tahu, ibu termasuk yang didengar omongannya oleh Hasan, maka saya konsultasi sama Bu Zahrana. Begini, dua hari yang lalu Hasan minta nikah Bu. Menurut ibu bagaimana? Padahal dia kan mau kuliah di Malaysia Bu.”

            Dalam kehidupan bermasyarakat, pendidikan menjadi salah satu faktor dalam pengklasifikasian status sosial seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi akan berfikir sebelum bertindak, lebih rasional, dan arif dalam menjalani hidup. Memang sudah sepantasnya ada perbedaan sikap ketika seseorang telah memperoleh mendidikan sampai S2. dalam novelette ini tokoh Zahrana memberikan kita gambaran tentang bagaimana seorang itu menempatkan diri sesuai dengan peran dan kewajibannya dalam masyarakat.

No comments:

Post a Comment