Translate

Thursday, May 16, 2013

ESAI KRITIK DRAMA Dwi Hidayati Kusumaningtyas

MENENGOK WAJAH SOSIAL MASA LALU
MELALUI LUKISAN MASA ARMIJN PANE
Oleh:
Dwi Hidayati Kusumaningtyas – 100211406094


Dalam naskah drama “Lukisan Masa” karya Armijn Pane memiliki tema mengenai permasalahan sosial, khususnya masalah pengangguran yang menimpa para pemuda di masa itu. Berikut sinopsis dari naskah drama “Lukisan Masa”
Sinopsis “Lukisan Masa”
            Suparman merupakan tokoh yang paling ditonjolkan dalam drama ini. Suparman dikisahkan sebagai seorang pemuda yang pernah mengikuti perkuliahan sebagai mahasiswa di Rotterdam, namun walaupun telah tamat kuliah Suparman tidak mendapatkan pekerjaan sehingga Suparman merasa pesimis dan selalu merendahkan dirinya sebagai orang yang tidak berguna. Akibat dari perasaan dirinya yang selalau merendah diri dia berniat memutuskan tunangannya dengan Harsini karena merasa malu dan putus asa tidak mendapatkan pekerjaan. Berbeda dengan Harsini yang mendapatkan pekerjaan yang menjadi Guru.
Harsini sudah berusaha meyakinkan Suparman untuk melanjutkan pertunangan mereka karena ketulusan cinta Harsini kepada Suparman. Namun Suparman tetap bersih hati untuk memutuskan pertunangan mereka karena Suparman tidak mau bila menikah nanti dia hidup dari gaji istrinya yaitu Harsini yang bekerja sebagai guru. Kartono adik Harsini menjadi tempat Suparman untuk mencurahkan hatinya yang telah merasa malu dan rendah. Kartono juga sebagai teman Suparman memberikan pengertian bahwa kakaknya Harsini sangat mencintainya apa adanya. Dalam kisah drama juga terdapat gambaran kehidupan dari setiap zaman yang berbeda dengan adat dan kebudayaan masing-masing umur.
Di dalam naskah “Lukisan Masa” ini mengisahkan kehidupan para pemuda-pemuda yang selalu ingin menikah tapi belum bekerja atau pengangguran. Seperti kisah Pemuda Suratman yang juga teman Kartono, Suratman adalah pemuda lepasan HIK. Namun karena keadaan lingkungan dia tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran. Walapun dia belum mendapatkan pekerjaan dia tetap mnginginkan untuk menikah begitu juga dengan Bujang Laki-Laki lainnya.
Berbeda dengan Suratman, ada seorang pemuda yang bernama Martono yang sudah bekerja sebagai pegawai magang pada sebuah kantor gubernemen. Walaupun dia sudah bekerja dia belum mau untuk menikah. Kisah drama karya Armijn Pane ini juga mengisahkan perbedaan masa muda sekarang dengan masa muda Orang Tua. Seperti Orang tua Harsini dan Kartono yaitu Bapak Puspohadi dan Istrinya. Mereka berteman dengan seorang dokter yang bernama Dr. Sumarjo.
 Di dalam drama tersebut dikisahkan mereka membandingkan masa muda mereka dengan masa anak muda yang sekarang yang kebanyakan pengangguran tetapi sudah ingin kawin. Anak Dr. Sumarjo yang sekaligus teman dekat Harsini yang bernama Sarti yang juga bekerja sebagai guru sama seperti Harsini. Sarti sudah dinikahi oleh seorang pemuda yang bernama Mr. Abutalib. Namun sayang Mr. Abutalib menikah dengan Sarti ketika Mr. Abutalib masih sekolah. Setelah Mr. Abutalib selesai sekolah dia tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran sehingga dia dan istrinya tinggal di rumah mertuanya Dr. Sumarjo.
Diakhir kisah drama ini Suparman yang sudah merasa malu, hampa, dan merendahkan diri. Dia mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan pertunangannya dengan Harsini. Walaupun hatinya sedih dia yakin itu sebagai keputusan yang baik karena juga untu masa depan Harsini yang cerah. Diakhiri dengan bersalaman antara Suparman dan Harsini maa draman ini pun selesai.
Sementara itu, kekhasan dari gaya bahasa naskah drama “Lukisan Masa” ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Berikut diteukan beberapa majas yang ada pada naskah drama “Lukisan Masa”.
a.     Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. 
TONIL I
Kartono : Berjanjilah kau datang besaok.
Suparman : Besok ?
Kartono : Ya, besok!

b.     Litotes 
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
TONIL IV
Suparman : Kami tiada terhitung lagi. Kami entah, No, padi diantara
beras, harus dicampakkan tiada berharga, No. Kalau baanyak entah, barangkali masih boleh jadi makanan ayam.

c.     Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
TONIL I
Suparman : Beberapa kali aku tegak di tepi pantai laut di Tanjung Priok,
terang bulan, banyak orang di sana bersenang-senang. Aku tegak, menduga dalam air dengan mataku.

d.     Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
TONIL
II
Puspohadi : Zaman maju kata orang; rupanya mundur juga
Dr. Sumarjo : Sekarang, tiada gaji, mau hidup besar.
Puspohadi : Sebenarnya salah kita juga. Kita didik dia hidup besar.
Dr. Sumarjo : Disekolahkan, habis sekolah menganggur. Kita orang tua
yang terus membantu. Tiada disekolahkan, semakin celaka lagi. Tapi.... Eh, sudah laat, lihat pasien lagi.

e.     Metafora 
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
TONIL III
Kartono : Cuma seperti menggantung asap saja, cuma jempol di angan
angannya saja.

f.       Personifikasi 
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
TONIL III
Kartono : Katakan saja terus terang; kepada uang!
Harsini : Jadi cinta yang dibeli. Ada kubaca, sebutan orang Jakarta,
Lupa lagi...

Sedangkan, pada alur yang digunakan adalah alur maju. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita terjadi secara bertahap, terus maju mulai dari pengenalan tokoh, muncul suatu permasalahan, konflik, hingga penyelesaian suatu masalah.
Lalu, untuk setting tempat dan setting waktu. Setting tempat berada di dalam sebuah rumah, yaitu rumah keluarga Harsini. Sedangkan setting waktu terjadi pada waktu pagi, siang, dan malam. Dalam penokohan naskah drama “Lukisan Masa” juga memiliki karakter yang masing-masing memiliki cirri khas
Suparman      :    tokoh ini merupakan tokoh yang mudah putus asa, kurang percaya diri, pesimis.
Harsini           :   tokoh ini mempunyai sifat yang hampir berlawanan denagn Suparman, dia tokoh yang optimis.
Kartono         :     tokoh yang baik hati.
Sarti               :    tokoh ini mempunyai sifat yang optimis, namun sedikit melalaikan tugasnya sebagai istri.
Mr. Abutalib : tokoh ini sangat penyayang kepada istri, namun ia tidak mempunyai pekerjaan.
Lalu, amanat dalam naskah drama “Lukisan Masa” penulis ingin menyampaikan bahwa pekerjaan adalah prioritas utama untuk mempertahankan hidup, malka jangan mudah putus asa dan terus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

2 comments:

  1. hallo, kak saya mau bertanya, Kaka masih punya naskah lukisan masa tidak ya? Klo masih bolehkah saya minta?

    ReplyDelete
  2. Boleh minta naskah lukisan masa nya kak.

    ReplyDelete