MENENGOK WAJAH SOSIAL MASA LALU
MELALUI LUKISAN MASA ARMIJN PANE
Oleh:
Dwi Hidayati Kusumaningtyas – 100211406094
Dalam naskah drama “Lukisan Masa” karya
Armijn Pane memiliki tema mengenai permasalahan
sosial, khususnya masalah pengangguran yang menimpa para pemuda
di masa itu. Berikut sinopsis dari naskah drama “Lukisan Masa”
Sinopsis “Lukisan Masa”
Suparman
merupakan tokoh yang paling ditonjolkan dalam drama ini. Suparman dikisahkan
sebagai seorang pemuda yang pernah mengikuti perkuliahan sebagai mahasiswa di
Rotterdam, namun walaupun telah tamat kuliah Suparman tidak mendapatkan pekerjaan
sehingga Suparman merasa pesimis dan selalu merendahkan dirinya sebagai orang
yang tidak berguna. Akibat dari perasaan dirinya yang selalau merendah diri dia
berniat memutuskan tunangannya dengan Harsini karena merasa malu dan putus asa
tidak mendapatkan pekerjaan. Berbeda dengan Harsini yang mendapatkan pekerjaan
yang menjadi Guru.
Harsini sudah berusaha meyakinkan Suparman
untuk melanjutkan pertunangan mereka karena ketulusan cinta Harsini kepada
Suparman. Namun Suparman tetap bersih hati untuk memutuskan pertunangan mereka
karena Suparman tidak mau bila menikah nanti dia hidup dari gaji istrinya yaitu
Harsini yang bekerja sebagai guru. Kartono adik Harsini menjadi tempat Suparman
untuk mencurahkan hatinya yang telah merasa malu dan rendah. Kartono juga
sebagai teman Suparman memberikan pengertian bahwa kakaknya Harsini sangat
mencintainya apa adanya. Dalam kisah drama juga terdapat gambaran kehidupan
dari setiap zaman yang berbeda dengan adat dan kebudayaan masing-masing umur.
Di dalam naskah “Lukisan
Masa” ini mengisahkan kehidupan para pemuda-pemuda yang
selalu ingin menikah tapi belum bekerja atau pengangguran. Seperti kisah Pemuda
Suratman yang juga teman Kartono, Suratman adalah pemuda lepasan HIK. Namun
karena keadaan lingkungan dia tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran.
Walapun dia belum mendapatkan pekerjaan dia tetap mnginginkan untuk menikah begitu juga dengan Bujang Laki-Laki lainnya.
Berbeda dengan Suratman, ada seorang
pemuda yang bernama Martono yang sudah bekerja sebagai pegawai magang pada
sebuah kantor gubernemen. Walaupun dia sudah bekerja dia belum mau untuk
menikah. Kisah drama karya Armijn Pane ini juga mengisahkan perbedaan masa muda
sekarang dengan masa muda Orang Tua. Seperti Orang tua Harsini dan Kartono
yaitu Bapak Puspohadi dan Istrinya. Mereka berteman dengan seorang dokter yang
bernama Dr. Sumarjo.
Di
dalam drama tersebut dikisahkan mereka membandingkan masa muda mereka dengan
masa anak muda yang sekarang yang kebanyakan pengangguran tetapi sudah ingin
kawin. Anak Dr. Sumarjo yang sekaligus teman dekat Harsini yang bernama Sarti
yang juga bekerja sebagai guru sama seperti Harsini. Sarti sudah dinikahi oleh
seorang pemuda yang bernama Mr. Abutalib. Namun sayang Mr. Abutalib menikah
dengan Sarti ketika Mr. Abutalib masih sekolah. Setelah Mr. Abutalib selesai
sekolah dia tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran sehingga dia dan
istrinya tinggal di rumah mertuanya Dr. Sumarjo.
Diakhir kisah drama ini Suparman yang
sudah merasa malu, hampa, dan merendahkan diri. Dia mengambil keputusan untuk
memutuskan hubungan pertunangannya dengan Harsini. Walaupun hatinya sedih dia yakin itu sebagai keputusan yang
baik karena juga untu masa depan Harsini yang cerah. Diakhiri dengan bersalaman
antara Suparman dan Harsini maa draman ini pun selesai.
Sementara itu, kekhasan dari gaya bahasa naskah drama “Lukisan Masa”
ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan
makna yang sebenarnya. Berikut diteukan beberapa majas yang ada pada naskah
drama “Lukisan Masa”.
a.
Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat.
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat.
TONIL I
Kartono :
Berjanjilah kau datang besaok.
Suparman :
Besok ?
Kartono : Ya,
besok!
b.
Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
TONIL IV
Suparman :
Kami tiada terhitung lagi. Kami entah, No, padi diantara
beras, harus dicampakkan tiada berharga, No. Kalau baanyak entah, barangkali masih boleh jadi makanan ayam.
beras, harus dicampakkan tiada berharga, No. Kalau baanyak entah, barangkali masih boleh jadi makanan ayam.
c.
Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
TONIL I
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
TONIL I
Suparman :
Beberapa kali aku tegak di tepi pantai laut di Tanjung Priok,
terang bulan, banyak orang di sana bersenang-senang. Aku tegak, menduga dalam air dengan mataku.
terang bulan, banyak orang di sana bersenang-senang. Aku tegak, menduga dalam air dengan mataku.
d.
Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
TONIL II
Puspohadi : Zaman maju kata orang; rupanya mundur juga
Dr. Sumarjo : Sekarang, tiada gaji, mau hidup besar.
Puspohadi : Sebenarnya salah kita juga. Kita didik dia hidup besar.
Dr. Sumarjo : Disekolahkan, habis sekolah menganggur. Kita orang tua
yang terus membantu. Tiada disekolahkan, semakin celaka lagi. Tapi.... Eh, sudah laat, lihat pasien lagi.
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
TONIL II
Puspohadi : Zaman maju kata orang; rupanya mundur juga
Dr. Sumarjo : Sekarang, tiada gaji, mau hidup besar.
Puspohadi : Sebenarnya salah kita juga. Kita didik dia hidup besar.
Dr. Sumarjo : Disekolahkan, habis sekolah menganggur. Kita orang tua
yang terus membantu. Tiada disekolahkan, semakin celaka lagi. Tapi.... Eh, sudah laat, lihat pasien lagi.
e.
Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
TONIL III
Kartono :
Cuma seperti menggantung asap saja, cuma jempol di angan
angannya saja.
angannya saja.
f.
Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
TONIL III
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
TONIL III
Kartono :
Katakan saja terus terang; kepada uang!
Harsini : Jadi cinta yang dibeli. Ada kubaca, sebutan orang Jakarta,
Lupa lagi...
Harsini : Jadi cinta yang dibeli. Ada kubaca, sebutan orang Jakarta,
Lupa lagi...
Sedangkan,
pada alur yang digunakan adalah alur
maju. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita terjadi secara bertahap,
terus maju mulai dari pengenalan tokoh, muncul suatu permasalahan, konflik,
hingga penyelesaian suatu masalah.
Lalu, untuk setting tempat dan setting waktu. Setting tempat berada di dalam
sebuah rumah, yaitu rumah keluarga Harsini. Sedangkan setting waktu terjadi
pada waktu pagi, siang, dan malam. Dalam penokohan naskah drama “Lukisan Masa”
juga memiliki karakter yang masing-masing memiliki cirri khas
Suparman : tokoh ini merupakan tokoh yang mudah putus asa, kurang percaya diri,
pesimis.
Harsini : tokoh ini mempunyai sifat yang hampir berlawanan denagn Suparman, dia
tokoh yang optimis.
Kartono : tokoh yang baik hati.
Sarti : tokoh ini mempunyai
sifat yang optimis, namun sedikit melalaikan tugasnya sebagai istri.
Mr. Abutalib : tokoh ini sangat penyayang kepada istri,
namun ia tidak mempunyai pekerjaan.
Lalu, amanat dalam naskah drama “Lukisan
Masa” penulis ingin menyampaikan bahwa pekerjaan adalah prioritas utama untuk
mempertahankan hidup, malka jangan mudah putus asa dan terus berusaha untuk
mendapatkan pekerjaan.
hallo, kak saya mau bertanya, Kaka masih punya naskah lukisan masa tidak ya? Klo masih bolehkah saya minta?
ReplyDeleteBoleh minta naskah lukisan masa nya kak.
ReplyDelete