Translate

Thursday, May 16, 2013

ESAI KRITIK DRAMA Doni Choiril Mahfud

Kebimbangan dalam Naskah Aduh Karya Putu Wijaya
Oleh
Doni Choiril Mahfud

Pertama adalah menganalisis berdasarkan pendekatan objektif. Dengan pendekatan ini, kita akan mengetahui unsur-unsur pembangun drama Aduh. Drama Aduh dibangun dari beberapa unsur yaitu tema, tokoh dan penokohan, latar atau setting, sudut pandang, dan gaya bahasa. Tema yang diangkat oleh pengarang dalam membuat drama itu mungkin berkenaan dengan sosial. Kehidupan sosial yang tidak patut untuk dicontoh dan mengenai kehidupan sosial yang sangat tidak baik. Melalui tema itu, pengarang mengembangkan cerita dalam bentuk dialog anatar tokoh guna menyampaikan amanat atau maksud yang ingin dia sampaikan. Pengarang mengambil tema tentang sosial yang buruk dengan tujuan mengajak pembaca agar tidak melakukan hal yang sama seperti yang ada dalam cerita.

Tokoh dan penokohan yang ada dalam cerita drama Aduh tidak tampak jelas. Pengarang hanya menuliskan tokoh dengan sebutan `salah seorang` tanpa menyebutkan nama tokoh-tokohnya. Hal ini yang menyulitkan pembaca atau penikmat cerita drama itu karena pembaca tidak bisa mengidentifikasi tokoh satu dengan tokoh yang lainnya. Tokoh yang disebutkan dengan nama salah seorang merupakan nama umum yang ada dalam masyarakat. Dengan sebutan yang sama, pengarang berusaha menampilkan beberapa tokoh dengan karakter yang berbeda-beda. Misalnya saja ada tiga tokoh yang diberi sebutan `salah seorang` oleh pengarang dan satu tokoh yang dijadikan si sakit. Si sakit ini lah yang akan menimbulkan konflik. Dengan menggunakan pemisalan seperti di atas, kita akan mengenali karakter masing-masing tokoh. Kita mulai dari tokoh si sakit. Berdasarkan cerita dalam drama Aduh, kita dapat membuat catatan bahwa si sakit merupakan orang yang kurang baik. Hal itu dilihat dari sikapnya saat bertemu dengan beberapa kawanan orang di suatu tempat. Si sakit diam saja tidak memberikan keterangan apa-apa kepada para kawanan yang membicarakannya. Selain itu, si sakit yang terlunta-lunta dan berakhir dengan kematian, namun setelah meninggal dia masih saja merepotkan orang banyak dan mayatnya pun berkelakuan tidak baik seperti yang telah diceritakan dalam naskah drama. Sedangkan untuk tokoh salah seorang yang pertama kita sebut dengan karakter yang peduli, punya daya iba yang tinggi, dan penurut. Hal itu terlihat saat ada orang yang tergeletak, dia berusaha untuk melihat dan mendekatinya serta menanyai si sakit. Tindakannya itu merupakan awal niatnya untuk menolong si sakit yang baru saja datang di hadapannya. Salah seorang yang kedua kita beri sebut seseorang yang berkarakter penuh curiga dan prasangka buruk, serta berusaha belajar dari pengalaman. Hal itu terlihat dalam dialog-dialog tokoh yang menyebutkan bahwa seseorang itu tidak mau menolong si sakit dengan alasan bahwa si sakit itu hanya pura-pura sesuai dengan pengalamannya pada beberapa waktu yang lalu. Dan salah seorang yang ketiga misalnya kita beri karakter yang jelek karena dalam keadaan yang genting semacam itu dia masih saja menyempatkan dirinya untuk merampok si sakit yang telah meninggal. Dijelaskan dalam cerita bahwa untuk merampok si sakit, dia berusaha menakut-nakuti teman-temannya. Begitu kiranya karakter dari beberapa tokoh yang ada dalam drama Aduh tersebut.
Latar yang ditampilkan oleh pengarang pada drama itu juga tidak jelas. Hanya ada satu latar yang mendominasi cerita tersebut yaitu di sebuah jalan atau lebih tepatnya pinggir jalan. Latar atau setting itu pun belum sepenuhnya benar karena pengarang tidak menyebutkan secara tesurat dalam naskah drama. Namun, dapat kita sebut bahwa latar dalam cerita adalah jalan atau pinggir jalan karena, dalam cerita disebutkan ada segerombolan orang yang sedang melakukan suatu pekerjaan dan mereka menghentikan pekerjaanya karena ada mobil yang lewat dan menurunkan orang kemudian mobil itu pergi lagi. Yang mananya tempat yang digunakan untuk lewat mobil tidak lain adalah jalan. Dengan alasan semacam itu, maka saya menyimpulkan latar dalam cerita itu adalah jalan. Di jalan itulah cerita dibangun dan di jalan itu juga terjadi konflik.
Dalam cerita drama ini, pengarang bertindak sebagai orang ketiga serba tahu. Hal itu karena pengarang tidak ikut andil dalam cerita, namun pengarang mengetahui secara detail jalan cerita.
pengarang naskah drama Aduh adalah Putu Wijaya.Pengarang bernama asli I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Beliau hidup sebelum negara ini merdeka, yaitu pada tahun 1944. Pengarang memiliki kehidupan yang komplek dengan keluarga yang besar dan lingkungan perumahan yang luas. Pengarang hidup dalam keluarga yang gemar membaca, mungkin karena itulah pengarang memiliki kemampuan yang menonjol pada bidang bahasa. Pengarang sesungguhnya bukan lah lulusan dari fakultas sastra, melainkan dari fakultas hokum. Namun, kemampuan beliau menulis sangat hebat. Berdasarkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-harinya dan pengamatannya, pengarang berusaha menyelipkan unsur maslah yang berkenaan dengan hokum dalam cerita dramanya. Masalah itu misalnya saat-saat orang yang menggunakan kesempatan yang sempit untuk mendapatkan sesuatu atau melaksanakan aksi pencurian terhadap orang yang lemah. Bukankah hal itu mencerminkan kehidupan hukum yang sedang digelutinya? Selain itu, pengarang menggunakan sebutan untuk para tokohnya dengan sebutan salah seorang, si sakit, dan lain sebagainya yang merupakan sebutan umum. Jika hal itu saya sangkutpautkan dengan pengalaman pengarang, hal itu masuk akal. Hal itu karena kehidupan pengarang yang bergelut dalam dunia hukum seperti jurusan perkuliahan yang beliau ambil, hal semacam itu sudah biasa disebutkan. Dalam dunia hokum, orang biasa menggunakan sebutan-sebutan umum, seperti saudara terdakwa, saudara penuntut, jaksa, dan lain sebagainya. Dengan begitu, penyebutan nama tokoh dengan menggunakan ungkapan salah seorang merupakan cerminan dari hal itu.
Pada saat naskah drama itu dibuat atau diekspos adalah dalam sayembara mengarang drama dewan kesenian Jakarta pada tahun 1973 dan mendapatkan juara pertama. Mengingat pengarang lahir pada tahun 1944, maka pada usia 29 tahun pengarang membuat naskah drama itu. Diusianya yang sudah lumayan matang, pengarang berhasil mengambil makna kehidupan dalam naskah dramanya. Apalagi sekitar zaman naskah drama Aduh itu dibuat, pengarang telah tergabung dalam suatu organisasi permajalahan dan beliau berperan sebagai wartawan. Telah kita ketahui bahwa kehidupan atau aktivitas wartawan adalah mencari berita dan menggerumuni sesuatu yang berkaitan dengan berita. Kehidupan itu juga ditampilkan oleh pengarang dalam naskah drama Aduh yang dibuatnya. Hal itu terlihat pada adegan orang yang menggerumuni orang sakit. Kita ibaratkan si sakit adalah sumber berita. Namun, jika dikaitkan dengan nilai-nilai kehidupan yang ada, maka pengarang berhasil mengungkap suatu pelajaran untuk disampaikan kepada pembaca. Hal itu ditampilkannya pada adegan yang orang takut dengan hantu, padahal hantu itu hanya rekayasa salah seorang yang lain. Selain itu, pengarang juga menampilkan tokoh si sakit yang sangat menderita namun tidak segera mendapatkan pertolongan dan si sakit menjadi mayat serta setelah menjadi mayat, si mayat itu kentut dan mengeluarkan cairan. Hal itu dapat kita ambil pelajaran mungkin saja si sakit itu adalah orang yang tidak baik, maka dari itu sampai dia mati pun menyusahkan orang lain dan tidak mendapatkan perhatian. Jadi, cerita dalam naskah drama Aduh itu ada hubungannya dengan kehidupan pengarang.


PEMIMPIN: Tahan! Kumpulkan semua tekad menjadi satu. Satukan!
SALAH SEORANG: Mari!





No comments:

Post a Comment