HAMAMI ADABY PENYAIR PUISI ROMANTIS GENERASI 70-AN
OLEH
Eko Sri Mardianingtyas - 100211406093
Hamami Adaby seorang penyair yang tercatat sebagai penyair Kalimantan
Selatan generasi 70-an yang lahir di Banjarmasin, 3 Mei l942. Beliau
telah mengeluarkan sejumlah antologi pribadi seperti: Iqra (1997), Nyanyi
Seribu Sungai (2001), Kesumba (2002), Bunga Angin
(2003), Dermaga Cinta (2004), Uma Bungas Banjarbaru
(2005), Keduluran (2006), 36 Mata Pena (2007), Di Jari
Manismu Ada Rindu (2008), Sarjana Cinta
(2009), dan Badai (2011). Beliau ini
termasuk penulis puisi yang menitikberatkan karyanya dalam kontekstual
sehari-hari, puisi-puisinya ditulis berdasarkan perkembangan yang terjadi di
sekelilingnya. Apa yang ia lihat, dengar, dan rasa semuanya diramu dalam puisi.
Dalam kumpulan antologinya yang berjudul Sarjana Cinta, bukan
hanya puisi yang termaktub tetapi juga sehimpun cerita pendek yang pernah
ditulisnya kurun waktu 1969-1971 dan semuanya tertemakan cinta. Puisi Tiga
Kutub Senja (2001) adalah antologi bersama Hamami Adaby, Eza Thabry Husano
dan Arsyad Indradi, 3 serangkai Kilang Sastra sebelum pecah kongsi. Mendapat
piagam penghargaan sastra dari Bupati Batola (1996) dan Piagam Penghargaan
Sastra dari Walikota Banjarbaru (2004). Diusianya yang semakin senja, sisi
keromantisan menjadi pilihan dalam menuangkan apa yang ada dipikirannya.
Karya sastra puisi diciptakan oleh penyair bersumber pada
ide, pikiran penyair. Pengungkapan tersebut berdasarkan jiwa, perasaan, emosi
dan hasil perenungan penyair. Salah satu contoh puisi karya Hamami Adaby yang
menunjukkan sisi keromantisanya dan akan diulas dengan pendekatan Ekspresif
yaitu ditunjukkan pada puisi yang berjudul “Dijari Manismu Ada Rindu” berikut:
“Dijari Manismu Ada Rindu”
(I) Kurangi kata agar jadi
sajak berkalung
Kurangkai bait-baitnya agar hati menyatu
Yang menulis cincin tunangan
Dijari manismu ada rindu
(2) Kekasih
seperti indah purnama matamu
Kurengkuh angin kalau kabar bahagia
Tapi dari pntu belakang tak ada suara
Terasa lama denyut nadi membeban
Sepotong bulan
Sedang tirai laminan masih
Menyimpang sepi
(3) Adinda,
gunung dikejar tetap menanti
Disini dibukit kita tulis perasasti
Tanda cinta kita bersemi
Dalam puisi “Dijari Matamu Ada Rindu” mengungkapkan perasaan
kerinduan. Hal tersebut terdapat pada semua bait seperti pada baris /dijari
manismu ada rindu/, /terasa lama denyut nadi membeban/. Perasaan penyair
yang kerinduan kepada sang kekasih sehingga menggambarkan rasa gelisah, galau,
gundah karena di jari sang kekasih yang elok dan mungil menarik hati serta
tidak ada kabar dari sang kekasih sehingga penyair merasa ada beban yang
dipergelangan tangannya. Meskipun ada sebuah beban namun hati penyair merasa
kerinduan sehingga terlihat khas romastis.
Suasana yang digambarkan penyair ingin menyampaikan
kepada pembaca tentang cinta, kekaguman, dan kerinduan atau kegelisahan yang
dialami oleh penyair sehingga membuat harapan yang dalam kepada sang kekasih.
Dengan penuh rasa cinta dan perjuangan menimbulkan suasana yang romantis,
seperti yang terdapat dalam baris /kurangkai bait-baitnya agar hati menyatu/,
/kekasih, seperti indah purnama matamu/, /dijari manismu ada rindu/,
/terasa lama denyut nadi membeban/.
Romantisme yaitu suatu faham yang idealis melihat kehidupan nyata manusia
dari persprektif dunia yang ideal, yang sempurna sehingga menjadi suasanan di
dalamnya seimbang dan harmonis seperti dalam kehidupan di surga. Dalam romantisme lebih menonjolkan dunia ideal daripada dunia nyata, dalam
dunia ideal mengimajinasikan atau gambaran yang terdapat dalam angan lebih
menonjol atau dibesar-besarkan. Seperti yang terdapat pada baris /kurangkai
bait-baitnya agar hati menyatu/, dan /kekasih seperti indahnya bulan purnama/,
menggambarkan perasan kasih sayang penyair kepada sang kekasih sehingga
penyair membuat kata-kata yang puitis agar perasaannya, harapan dan keinginan
penyair menjadi satu. Serta penyair merasa kagum dan memuji keindahan mata yang
dimiliki oleh sang kekasih yang begitu terang.
Ciri romantisme salah satunya adalah tentang percintaan yang tampak pada baris
/adinda, gunung dikejar tetap menanti/, /disini dibukit kita tulis perasasti/,
/tanda cinta kita bersemi/, menggambarkan betapa dalam rasanya kasih dan
sayang penyair kepada sang kekasih sehingga penyair tetep setia menunggu
kehadiran sang kekasih meskipun banyak yang meninginkannya. Penyair dan sang
kekasih mengukir cinta mereka di tempat yang tinggi sebagai bukti bahwa cinta
si penyair dan sang kekasih selalu tumbuh dan memekar. Di dataran ekstetik
pandangan dunia serupa tentang romantisme diwujudkan dalam bentuk pengutamaan
imajinasi-imajinasi dan pikiran yang tampak pada bait pertama dibaris pertama
sampai baris keempat, seperti :
Kurangi kata agar jadi sajak berkalung
Kurangkai bait-baitnya agar hati menyatu
Yang menulis cincin tunangan
Dijari manismu ada rindu
Menggambarkan adanya khayalan si penyair
kepada sang kekasih yang dicintai sehingga penyair membuat kata yang puitis
agar menyatukan perasaan penyair dan sang kekasih.
Ciri romantisme meliputi persatuan yang berusaha keras
untuk mengatai keterpisahan antara subjek dengan objek, diri dengan dunia dan
kesadaran dengan ketidaksadaran yang melalui imajinasi-imajinasi, simbol dan
mite tampak pada bait ketiga, seperti :
Adinda, gunung dikejar tetap menanti
Disini dibukit kita tulis perasasti
Tanda cinta kita bersemi
Menggambarkan adanya imajinasi tentang
cinta yang berhasil diukir pada sebuah tugu oleh sepasang kekasih yang saling
mencintai ditempat yang tinggi sebagai simbol bahwa cinta penyair dan sang
kekasih selalu tumbuh dan merekah, meskipun cinta adik (sang kekasih) banyak
mengejarnya namun si penyair tetap menunggu kehadiran sang kekasih.
Romantisme melihat kehidupan nyata manusia dari perspektif
dunia ideal yang sempurna sehingga menjadikan suasana di dalamnya seimbang dan
harmonis seperti dalam kehidupan di surga yang tampak pada bait kedua di baris
kelima, seperti: /Kekasih seperti indah purnama matamu/, menggambarkan
suasana yang romantis dan harmonis seperti kehidupan di surga. Karena si
penyair mengagumi dan memuji keindahan mata yang dimiliki oleh sang kekasih
seperti bulan purnama.
Dalam dunia ideal, romantisme mengimajinatifkan atau gambaran yang terdapat
dalam angan lebih menonjol atau dibesar-besarkan yang tampak pada bait kedua
dibaris kelima dan baris keenam, seperti baris /kekasih seperti indah
purnama matamu/, /kurengkuh angin kalau kabar bahagia/, yang menggambarkan
mata sang kekasih seperti bulan purnama yang terang dan si penyair akan meraih
berita jika berita yang membuat hati penyair senang.
Ciri romantisme meliputi petualangan yang mengungkapkan tentang realita
kehidupan yang tergambar tuntas sehingga mampu membuat pembaca tersentuh
terdapat pada bait kedua dibaris ketujuh sampai baris kesebelas, seperti :
Tapi dari pintu belakang tak ada suara
Terasa lama denyut nadi membeban
Sepotong bulan
Sedang tirai laminan masih
Menyimpang sepi
Menggambarkan sebuah keadaan yang sepi
karena tidak ada kabar berita tentang janji yang belum pasti sehingga menjadi
beban perasaan penyair.
Pada bait ketiga dan baris ketiga belas sampai keempat belas tampak ciri romantisme
seperti pendalaman yang kental akan ketenteraman dan ketenangan menggambarkan
seolah-olah bahwa apabila berada didalamnya, maka akan merasa lebih tenang dan
nyaman sehingga tercipta suasana yang romantis seperti baris /disini dibukit
kita tulis perasasti/, /tanda cinta kita bersemi/, menggambarkan adanya
sebuah cinta dari sepasang kekasih yang saling mencintai sehingga tercipta
suasana yang romantis.
No comments:
Post a Comment