Translate

Saturday, May 4, 2013

ESAI KRITIK PUISI Retno Galuh Diyanti


KONTEKS SITUASI DAN KEUNIKAN PENULISAN PUISI “TRAGEDI WINKA SIHKA” SUTARDJI CALSOUM BAHRI
OLEH:
Retno Galuh Diyanti - 100211404905

Menulis puisi bagi Sutardji adalah membebaskan kata-kata. Dari penggunaan gaya bahasa pada puisi-puisi Sutardji, dapat dilihat bahwa sutardji adalah seorang penyair kontemporer yang banyak memberi andil kepada perkembangan bahasa Indonesia. Ia tidak lagi bertahan pada gaya bahasa personifikasi untuk mendapatkan pengucapan puitik. Pengalaman puitik itu ia dibangun dengan gaya bahasa mantera dalam segala variasinya. 
Kata-katanya bagi saya mengandung daya magis yang ditata begitu baik dalam hal penundaan makna puisi. Saya kemudian tertarik pada badai tragedi yang melingkupi empat puisi yang saya sebutkan di atas. Tragedi begitu terrefleksi dari diksi, tipografi, teknik pembolakbalikan kata, dan ungkapan-ungkapan yang membawa kebaruan.  Sutardji begitu lihai mengolaborasi kata-kata sederhana menjadi sebuah gambaran nyata akan tragedi dan penderitaan. Saya memang tidak mempunyai referensi yang menjelaskan maksud dicetuskannya tema-tema demikian dalam beberapa puisi Sutardji. Perihal ketertarikan Sutardji untuk mengangkat tema-tema demikian, saya menangkap sebuah konklusi tersendiri. Ia mengajak kita untuk menelusuri fenomena sekitar kita dengan cara sastra. Cara yang membawa kita pada keharusan untuk benar-benar memfungsikan wilayah kepekaan di hati kita dalam memandang suatu masalah. Seringkali kita tidak sadar bahwa kita tengah hidup diantara gelimangan tragedi bahkan kemudian kita pun terbiasa memicu hadirnya tragedi itu.
kawin
                 kawin
                            kawin
                                       kawin
                                                 kawin
                                                          ka
                                                    win
                                                ka

                                         win
                                   ka
                            win
                      ka
              win
          ka
winka
        winka
                  winka
                           sihka
                                   sihka
                                           sihka
                                                    sih
                                                ka
                                           sih
                                      ka
                                sih
                           ka
                      sih
                 ka
           sih
      ka
           sih
                sih
                       sih
                            sih
                                sih
                                    sih
                                        ka
                                            Ku


Memandang dari konteks situasinya, puisi “Tragedi Sihka dan Winka” memang dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan dalam fragmen kehidupan nyata. Kata kawin, kasih, winka, sihka, ka – win, dan ka – sih, adalah tanda-tanda bermakna. Logika tanda tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
(Dikutip dari Pengkajian Puisi : Rachmat Djoko Pradopo)
“Bila kata itu utuh, sempurna seperti aslinya, maka arti dan maknanya sempurna. Bila kata-kata dibalik, maka maknanya pun terbalik, berlawanan dengan kata aslinya.”
Dari pernyataan itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa, dalam kata “kawin” terkandung konotasi makna kebahagiaan, sedangkan “winka” itu mengandung kesengsaraan. Kawin adalah persatuan, sebaliknya winka adalah perceraian. Kasih itu berarti cinta, sedangkan sihka itu kebencian. Kawin dan kasih adalah kebahagiaan, sedangkan winka dan sihka adalah kesengsaraan. Bila kawin dan kasih menjadi winka dan sihka, maka itulah tragedi kehidupan. Demikian pula dengan tipografinya yang menggambarkan jalan pengalaman berliku dan penuh bahaya. Efek magis mungkin sudah menjadi trademark puisi Sutardji. Lewat judulnya saja sudah cukup membuat tanda tanya yang besar. Tidak akan ditemukan arti kata sihka dan winka dalam kamus karena ini memang stategi pembebasan kata yang dilakukan oleh Sutardji. Bila diperhatikan lebih lanjut, efek yang diperoleh dari perulangan kata-kata yang tidak jelas artinya ini seakan-akan menunjukkan sesuatu yang gaib. Penggunaan kata-kata yang tidak jelas seperti ini sering digunakan orang pada zaman dahulu untuk melakukan suatu pemujaan, karena dengan semakin tidak dimengerti maksudnya maka kekuatan atau energi magis yang diperoleh akan semakin meningkat. Mungkin hal itulah yang ingin disampaikan oleh Sutardji.
Puisi berjudul “Tragedi Sihka dan Winka” merupakan salah satu karya Sutardji yang cukup fenomenal. Bagaimana tidak, puisi tersebut memiliki tipografi yang sangat berbeda dari puisi kebanyakan. Teknik persajakan denggan memotong-motong kata dan membalikkan suku kata seperti itu belum pernah terjadi dalam perpuisian indonesia modern sebelumnya. Puisi ini banyak mendapat tanggapan dari berbagai kalangan, yang kebanyakan berpendapat bahwa puisi tersebut hanya “bermain-main”.
Ketidaklangsungan ekspresi sajak itu, berupa kombinasi makna nonsense dan tipografi. Yang perlu diterangkan lebih lanjut adalah tipografi (tata huruf) yang sejak tahun 1970 dalam perpuisian indonesia sampai sekarang menjadi mode di antara penyair muda, dipergunakan untuk menciptakan makna. Biasanya makna yang ingin diciptakan adalah makna ikonik atau indeksis.
Sajak tersebut hanya terdiri dari dua kata ‘kawin’ dan ‘kasih’, yang dipotong-potong menjadi suku kata-suku kata, juga dibalik menjadi ‘winka’ dan ‘sihka’. Tipografi sajak tersebut berdasarkan konteks strukturnya dapat diberi makna (salah satu makna) sebagai pengalaman hidup yang tidak menyenangkan. Di situ digambarkan sebagai susunan huruf, tulisan, yang berbentuk zigzag, berbelok-belok tajam sebagai jalan berliku yang membahayakan.
Kerangka:
1.     Esai ini membahas mengenai gaya kepenyairan Sutardji Calsoum Bahri
2.     Esai ini membahas mengenai konteks situasi puisi “ Winka Sihka” Sutarji Calsoum Bahri
3.     Esai ini membahas puisi tragedi “ Winka Sihka” Sutardji Calsoum Bahri” dari pendekatan ekpresif


No comments:

Post a Comment